Debat calon presiden dan kualitas demokrasi Amerika



Debat calon presiden Amerika Serikat Rabu (19/10) malam adalah kesempatan terakhir bagi kedua calon untuk menawarkan diri mereka kepada calon pemilih.
Donald Trump harus menggunakan kesempatan ini untuk memperluas basis pemilihnya.
Jajak yang dilakukan stasiun TV Fox - yang cenderung konservatif - memperlihatkan Hillary Clinton unggul dalam jajak bertema, siapa yang mampu "mengubah bangsa ini menjadi lebih baik".

Namun hanya dalam setengah jam pertama saja Trump tampak berusaha berdebat soal substansi kebijakan seperti soal pengendalian senjata, Mahkamah Agung, isu aborsi dan imigrasi.
Berikutnya Trump kembali pada gaya lamanya yang memotong omongan lawannya, berdebat dengan moderator dan menyerang.
Ia menyebut Hillary sebagai pembohong dan "perempuan menjijikkan".
Ia juga menyerang balik perempuan yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual sebagai pencari perhatian atau bagian dari kampanye Clinton.
Selain itu Trump menyebut media telah "meracuni pikiran" publik. Dan yang paling mencolok adalah, ia tidak menjamin bahwa ia akan menerima hasil pemilu.
Apakah perdebatan seperti ini adalah wujud demokrasi yang diinginkan oleh Amerika saat ini?
Misalnya dalam topik debat soal imigrasi. Moderator Chris Wallace menggunakan bocoran dari Wikileaks untuk bertanya kepada Hillary Clinton.
Di dokumen itu, Clinton menyatakan ia mendukung zona perdagangan bebas dan imigrasi terbuka. Hillary dengan pandai menghindar bahwa yang ia maksudkan di situ adalah pasar energi yang terbuka.
Jawaban ini sebetulnya bisa dipertanyakan lebih jauh, tetapi Hillary kemudian memutar pertanyaan itu ke soal sikap Trump, apakah ia akan mengutuk Rusia, yang dituduh berada di balik serangan cyber terhadap Amerika.
Trump terbawa pada pertanyaan itu dan malah menyatakan ia tak pernah bertemu dengan Putin, lalu menuduh Hillary sebagai pembohon dan "boneka Rusia".
Ketika perdebatan masuk soal usulan mengenai pajak, Trump menyerang Hillary soal dukungan yang pernah ia berikan dalam soal persetujuan perdagangan.
Ketika Hillary agak terdiam, Trump mencoba meneruskan serangan dengan kalimat yang ia gunakan sebelumnya dengan sukses, kenapa Clinton tak pernah menjalankan reformasi ekonominya ketika menjabat selama 30 tahun di negeri ini, tanya Trump.
"Yang Anda punya adalah pengalaman. Saya katakan, keunggulan Anda terhadap saya adalah pengalaman, tapi ini pengalaman buruk. Karena apa yang Anda lakukan berbuah buruk," kata Trump.
Namun mengulang serangan seperti ini tampaknya sudah diantisipasi oleh Hillary Clinton.
Hillary menyebutkan bahwa ketika ia membela hak anak di tahun 1970-an, Trump membela diri terhadap tuduhan ia terlibat dalam diskriminasi perumahan terhadap kalangan African Americans.
Ketika Clinton bicara mengenai hak perempuan -dalam kapasitasnya sebagai Ibu Negara Amerika- Trump mempersoalkan berat badan pemenang kontes kecantikan.
Sementara Clinton berada di Gedung Putih mengamati penyerbuan rumah Osama bin Laden, Trump sedang menjadi bagian dari acara reality show TV, The Apprentice.
"Dengan senang hati saya bersedia membandingkan pengalaman saya mengenai apa yang sudah saya lakukan terhadap bangsa ini," kata Hillary.
"Saya akan biarkan bangsa Amerika membuat keputusan soal ini," katanya lagi.
Satu topik yang sudah pasti akan muncul adalah soal tuduhan pelecehan seksual yang muncul terhadap Donald Trump dari beberapa perempuan.
Jawaban Trump, mereka adalah para "pencari perhatian" atau bagian dari kampanye Clinton. Trump juga menyatakan tuduhan itu sudah "dibantah".
Pada debat sebelumnya, Hillary tampak menahan diri untuk tak menyerang Trump dalam soal ini. Namun -mungkin terinspirasi oleh pidato Michelle Obama pekan lalu yang menyinggung soal ini- Hillary tampak lebih tajam.
"Donald menyangka dengan meremehkan perempuan, dirinya menjadi lebih besar," kata Hillary.
"Ia menyerang kehormatan mereka, harga diri dan menurut saya tak ada perempuan di manapun di dunia yang tak tahu bagaimana rasanya diperlakukan begitu. Nah sekarang kita tahu bagaimana Donald berpikir, berkata dan bertindak terhadap perempuan. Seperti itulah Donald," kata Hillary.
Trump menjawab bahwa tak ada yang lebih menghormati perempuan lebih dari dirinya, dan ia mendapat tawa cemooh ketika menyatakan ini.
Moderator Chris Wallace sempat juga mengajukan pertanyaan sulit kepada Hillary Clinton soal Clinton Foundation.
Organisasi ini dicurigai menjadi pintu masuk bagi bentuk transaksi untuk memberi akses pihak luar kepada kementrian di Amerika, yang ditukar dengan pertukaran berupa sumbangan yang besar.
Hillary membantahnya dengan mengungkapkan kerja yayasan tersebut, mulai dari menjadi lembaga pengawas hingga upaya memperbaiki kualitas kesehatan secara global.
Trump menyebut yayasan itu sebagai "organisasi kriminal", tapi Hillary bisa membalikkan keadaan dengan menyerang balik Trump Foundation.
Ia menyebut Trump menggunakan uang yayasan untuk membeli lukisan diri setinggi dua meter. "Mana ada orang yang melakukan itu," tanya Hillary retoris.
Trump mencoba membela diri, tetapi moderator menambah serangan dengan pertanyaan kenapa ia menggunakan uang amal untuk membayar denda untuk rumah peristirahatannya di Florida.
Debat soal yayasan ini seharusnya bisa dimenangkan oleh Trump, tapi alih-alih, ia malah terpukul balik.
Soal yang paling kontroversial adalah penerimaan terhadap hasil pemilu.
"Saya akan melihat nanti," kata Trump.
Clinton menanggapi hal itu sebagai "mengerikan" dan menyerang Trump dengan menyebutnya sebagai orang yang akan selalu bilang "curang" untuk menghadapi hal yang tak sesuai keinginannya.
Misalnya dalam soal keputusan polisi federal FBI untuk tidak mengajukan dakwaan soal kasus penggunaan email Hillary ketika menjawab, kekalahan Trump di kaukus Iowa, bahkan kegagalan acara TV-nya dalam meraih penghargaan tertinggi untuk TV, Emmy Awards.
"Ia menyeret runtuh demokrasi kita," simpul Clinton.
"Dan saya terpukul bahwa orang yang menjadi calon salah satu partai terbesar negeri ini mengambil posisi seperti itu," katanya lagi.
Selama ini demokrasi di Amerika terjamin oleh penerimaan oleh pihak yang kalah dalam pemilu.
Dengan sikap Trump seperti ini, ia berpeluang menggoyah demokrasi Amerika dan entah siapa yang akan jadi korbannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MUSIK DI INDONESIA

Pengertian pendidikan formal dan informal